Infosatu.cloud, Kudus -Tradisi memperingati kematian atau Haul Habib Ja’far Bin Hamid Alkaff ke 4, Haul Habib Muhammad bin Hamid Al Kaff ke 86 dan Haul ke 53 Syarifah Nustaeroh binti Soleh Al Jufri. Peringatan Haul digelar sedari 14-17 Nopember 2024. Selain ada bazar UMKM,Khotmil Quran,Sholawatan,Ziarah dll. Khotmil Quran digelar pada Jumat Legi (15/11) di Ponpes Darul Quran Nurul Abidin , Jl Pangeran Puger Kota Kudus. Pada Sabtu Pahing juga digelar Ziarah di Makam Muslim Ploso, Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, Sabtu (16/11/2023) . Komplek makam Ploso, Kudus dipenuhi para peziarah dari berbagai kalangan masyarakat.
Para peziarah mulai dari anak-anak hingga orang dewasa ikut datang mendoakan Ulama Kudus tersebut.
Acara itu dibuka oleh Habib Ali Zainal Abidin bin Muhammad Hamid Al-Kaff.
Kemudian dilanjutkan dengan tahlil oleh Kiai Haji Muhammad Arifin Fanani dan KH Noer Halim Ma’ ruf.
Setelah itu dengan mauizah hasanah oleh Habib Novel Alidrus dari Solo.
Kemudian penutup rangkaian acara tersebut ditutup dengan doa oleh Habib Ali Zainal Abidin bin Muhammad Hamid Al Kaff.
Puncak Haul Ke 4 digelar pada Ahad (17/11) di Halaman Ponpes Darul Quran Nurul Abidin , Jl Pangeran Puger, Gg Balai Desa Demaan Kota Kudus sedari 19.30-selesai dengan Maulid Akbar bersama Habib Ali Zainal Abidin bin Muhammad Hamid Al Kaff , Habib Ahmad bin Muhammad al Habsyi, KH Abdurrahman Kautsar (Gus Kautsar), KH Taj Yasin (Gus Yasiin), H Achfal Maula (Gus Apang) serta Ulama dan Habaib.
Ketua Pelaksana Haul Habib Ja’far, Riqza Ahmad mengatakan, acara tersebut untuk memperingati haul ke-4 Habib Ja’far.
Habib Ja’far Bin Muhammad bin Hamid bin Umar Alkaff dari Semarang Indonesia. Habib Jakfar adalah seorang wali Allah yang besar. Maqamnya adalah Majdub.
Dia diyakini sebagai seorang wali Allah yang khoriqul adah. Kebiasaannya membuang fulus kelaut puluhan juta ratusan juta hingga milyaran dibuang kelaut.
Habib JA’FAR bin MUHAMMAD bin HAMID Al-Kaff aslinya dari Kudus.
Rumah kediaman abah beliau di desa Dema’an Kota Kudus.
Beliau lahir di Kudus.Jadi wali diangkat maqomnya oleh Alloh juga di Kudus, majdubnya juga di Kudus.
Yang membimbing beliau adalah Nabiyulloh Khodir BALYA bin MALKAN.
Habib Jakfar Alkaff Kudus, terkenal memiliki kebiasaan jadzab (berbuat aneh). Meskipun jadzab, ternyata beliau sering juga mernahake ( bahasa Salik nya adalah mentarbiyyah/membimbing) para muhibbin ( pecinta) beliau. Salah seorang muhibbinnya dipanggil beliau dan dikasih uang
” Ji … ini duit buat kamu. Buat beli For tuner, ya? ” Kata Habib Ja’far.
” Njih, bib ” Kata Pak Kaji sambil menghitung jumlah uang pemberian Habib. Totalnya cuma 400 ribu rupiah.
Melihat uang pemberiannya dihitung, Habib Jakfar berkata ‘ jangan dihitung, Ji. Harus ikhlaaas, ”
Ini pelajaran pertama dari habib ja’far, bahwa pemberian Allah baik berupa uang ataupun harta yang lain tidak boleh dilihat materi / barangnya. Juga berapa jumlahnya. Tetapi lihatlah siapa gerangan Dzat yang memberinya.
Yakni Allah Ta’ala . Saputangan harganya murah. Tetapi saputangan pemberian kekasih, tidak ternilai harganya.
Beberapa waktu kemudian, Habib Jakfar mengajak dia ke tepi laut. Beliau berkata, ” Jii ….ini duit dalam tas semua, ayoh dibuang ke lauuut. Diniati shadaqah Sir/rahasia, yaa? Diniati shadaqah Sir yaa? ”
Bersama salah satu khadim/pembantu, pak Kaji tersebut membuang lembaran – lembaran uang kelaut. Dia perkirakan tidak kurang dari 20 juta rupiah uang yang dibuang.
Muhibbin itu berpikir keras apa makna perbuatan ini, serta apa konteknya dengan dirinya?
Ini pelajaran kedua untuk dirinya, bahwa bagi seorang Arif billah, antara uang dan tanah liat nilainya tidak ada bedanya .
Yang membuat berbeda adalah kecintaan hati kepada salah satu dari keduanya. Jika tidak ada cinta, ( karena yang dicinta hanyalah Allah) emas, uang atau yang lain tidak lagi berharga sehingga tidak layak diuber-uber apalagi dicinta.
Perbuatan membuang uang kelaut, pernah menjadi sasaran kritik Ibnul Qayyim kepada kaum Sufiyyah yang melakukannya. Karena perbuaan tersebut secara fikih dhahir hukumnya haram disebabkan tadzyi’ul maal / mensia-siakan harta. Namun Ba’dhul Arifien Quddisa Sirruh, menjawabnya banyak . Diantaranya :
”Kaum Sufiyyah membuang Harta ke laut, saat mereka mulai merasa hatinya tertambat dengan Harta tersebut. Dan bagi seorang Sufi haram hukumnya mencintai harta dunia, dan bahayanya cinta dunia itu lebih dahsyat dari dosanya mensia-siakan Harta.
Jika ditanya, mengapa tidak disedekahkan saja? Dijawab bahwa, terhadap sosok Sufi seperti diri mereka sendiri saja, mereka tidak mempercayai untuk menyerahkan ‘dunia’, apalagi terhadap orang lain? Tuhmah ( kekhawatiran) tersebut membuat mereka terpaksa membuangnya ke laut. ”
Apa yang dilakukan Habib Ja’far juga selaras dengan hal diatas, dimana beliau ingin mengajari Muhibbinnya, supaya tidak cinta dunia. Dan beliau peraktekkan sendiri didepan matanya, membuang uang berjuta-juta ketengah laut, seperti berkata : ” Ji, jangan kedunyan (cinta dunia). Duit itu bagi seorang yang ‘ mengerti ‘ , tidak ada nilainya.
Kemudian saat akan pulang, Habib memanggilnya kembali : ” Ji, kamu punya tanaman dalam pot di pojok Rumah? ”
Pak Kaji menjawab :” Bener, Bib ”
”Sampai rumah, Cabuten ae, ” kata beliau.
Pak Kaji langsung tercenung. Bukan heran, Habib Ja’far bisa tahu dia punya tanaman itu, karena hal-hal kasyaf model begitu sudah biasa dia jumpai dalam diri Habib Jakfar. Tetapi dia tercenung karena dia baru sadar , ini pelajaran penting untuk dirinya dari Habib, karena beberapa waktu belakangan ini dia sangat suka merawat tanaman tersebut.
” Harganya mahal. Saya membelinya 7 juta rupiah ” Kata Pak Kaji.
Tampaknya, dia diajari oleh Habib ja’far: ” Ji, ji ….. Bebaskan hatimu dari ta’alluq condong dengan tanaman berharga jutaan. Bersihkan hatimu dari suka mobil Fortuner. Bersihkan hatimu dari kicauan Lovebird. Bersihkan hatimu dari akik Bacanmu . Bersihkan hatimu dari wajah Ayu istrimu dan gemesinnya anak-anakmu …bersihkan …bersihkan …bersihkan …. ”
Wallahu A’lam Bishawab
Dan kini Engkau tlah memanggilnya ya rabb. Allah yarhamhu. Lahu al Fatihah…..(Aji)