Sab, 27 September 2025
spot_img

Ritual Arwah Adat Dayak Napu: Warisan Budaya yang Kurang Mendapat Perhatian

Infosatu.cloud, Kotabaru – Masyarakat adat Dayak di RT 03 Dusun 1 Muara Napu, Desa Cantung Kiri Hulu, Kecamatan Hampang, Kabupaten Kotabaru kembali menggelar tradisi tahunan Arwah Adat, Jumat (25/9/25).

Ritual yang berlangsung selama 8 hari 8 malam (13–21 September 2025) ini digelar setiap tahun setelah panen padi, atau dalam istilah lokal disebut Habis Mangatam. Tradisi turun-temurun tersebut menjadi simbol penghormatan kepada leluhur sekaligus ikhtiar spiritual untuk menjaga keselamatan dan keharmonisan desa.

Ketua Balai Adat Asaman, Atray, menegaskan bahwa seluruh kegiatan dilakukan secara swadaya tanpa dukungan dari pemerintah maupun perusahaan.
“Balai adat ini kami dirikan dengan gotong royong. Walau tidak ada bantuan, tradisi ini tidak bisa ditinggalkan karena merupakan warisan leluhur,” ucapnya.

Atray juga menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap fasilitas umum di wilayah mereka.
“Jalan menuju dusun kami dari dulu sampai sekarang tidak pernah benar-benar diperbaiki. Semua hasil kerja gotong royong warga. Akses ke kecamatan pun masih sulit,” tambahnya.

Selain pemerintah, perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah pun disebut tidak pernah terlibat dalam membantu masyarakat adat Napu.

Wakil Ketua I FORDAYAK DPC Kotabaru, Ellia Siswanto, yang hadir dalam acara itu berharap agar pemerintah lebih peduli.
“Pemerintah harus tahu bahwa kami masih ada, adat kami masih hidup dan kental di sini,” ujarnya.

Hingga kini, FORDAYAK menjadi satu-satunya organisasi masyarakat Dayak yang aktif mendukung Balai Adat Asaman. Padahal, di Kotabaru terdapat banyak ormas adat lain seperti KUMDATU, TBBR, BATAMAT, DAD, dan Laung Bahandang.

Atray menegaskan, keberadaan balai adat bukan hanya simbol budaya, tetapi juga bukti nyata bahwa tanah adat masih dijaga.
“Kami ingin pemerintah dari desa hingga presiden benar-benar melindungi hak-hak kami. Jangan sampai masyarakat adat diperlakukan seperti anak tiri hanya karena berbeda kepercayaan dan budaya,” tegasnya.

Bagi masyarakat Dayak Napu, Arwah Adat bukan sekadar ritual usai panen, melainkan napas budaya yang diwariskan turun-temurun sejak sebelum kemerdekaan. (Aida)

Postingan Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Tetap Terhubung

0PelangganBerlangganan
- Iklan -spot_img

Berita Terbaru